Rumus Kebahagiaan : E(M+K) + (Kb+Ki)

Assalamu’alaikum wr wb

Sudah lama tak bersentuhan dengan rumus, tergelitik kali ini, ingin kembali melayang ke masa lalu, masa di mana harus menghafal rumus, supaya berhasil ujian. Tapi sekarang bukan rumus matematika, fisika atau semacamnya. Ini tentang rumus kehidupan, yang entah tepat atau tidak. Rumus yang di harapkan bisa mengantarkan pada sebuah jawaban tentang kebahagiaan. Karena setiap orang ingin bahagia, dan setiap orang mencari jalan untuk meraihnya.

Variabel pertama, dalam rumus kebahagiaan adalah Memberi (M). Dalam setiap kebahagiaan, variable ini tak pernah absent, dan sebaliknya, dalam setiap pemberian , kebahagiaan selalu hadir. Namum, Memberi tak berdiri sendiri. Ia mesti di kaitkan dengan Energi (E) dan Kapasitas (K). Karena ada orang yang punya energi untuk memberi, tapi tak punya kapasitas untuk memberi. Dan sebaliknya ada orang yang punya kapasitas, tapi tak punya energi untuk memberi apa yang di milikinya. Mungkin ada sebagian di antara kita yang melihat nenek tua menjajakan sapu lidi di perempatan jalan, menyaksikan seorang ibu tanpa lengan dan kaki, yang mengemis di lampu merah. Menonton berita situ gintung, bahkan sampai palestina, ingin rasanya memberi lebih, Namun dana belum cukup. Ingin memberi pelatihan pada adik-adik penerus generasi bangsa, namun keahlian dan wawasan, hanya pas-pasan. Dan di sisi lain, ada juga yang punya kapasitas, baik dari segi dana, tenaga, fikiran, namun tak bergerak memberi, karena energi yang tak memadai. Ilmu nya, harta nya, kewenangannya, hanya di nikmati diri sendiri. Jadi, Energi untuk memberi dan kapasitas untuk memberi harus kita usahakan seimbang, dan terus bertumbuh.

Energi itu bersifat menular, dan tak akan hilang. Ia hanya akan berganti dari satu bentuk energi ke energi yang lain, sebuah hukum kekekalan energi. Walaupun sebagian kita, belum punya energi dan kapasitas cukup untuk memberi, namun ketika kita menjadi perantara, dan berdekatan dengan orang – orang yang memberi, kita akan tertular. Dan kita menjadi semangat untuk memupuk energi serta kapasitas kita dalam memberi. Energi dan kapasitas memberi, akan kembali pada kita, cepat atau lambat. Entah dalam bentuk yang sama, misal memberi uang kembali uang, atau dalam bentuk yang berbeda, misal dengan selamatnya kita dari sakit, ramahnya teman-teman, dst. atau bisa jadi di tangguhkan untuk anak keturunan kita, atau di kehidupan setelah dunia kelak. Yang jelas energi itu tak akan hilang. Sebagaimana energi yang kita gunakan untuk berbuat kesalahan, akan kembali pada kita, cepat atau lambat.

Jika kita termasuk orang yang menjadikan hari – harinya untuk menguatkan energi memberi dan mengisi kapasitas, maka kita telah punya variable pertama kebahagiaan.

Lalu jika kita menginginkan kebahagiaan yang lebih luas, tak hanya harus menghimpun kapasitas dan energi, tapi juga kita perlu membangun kebersamaan (Kb) dan keikhlasan (Ki). Jika seseoarang mampu memberi sepuluh ribu, atau sepuluh buku, atau beberapa kali presentasi, maka jika bersama – sama di satukan, akan terkumpul kapasitas yang demikian berlipat. Sehingga jangkauannya akan lebih luas, dan lebih terasa. Dan satu sama lain, dalam komunitas tersebut akan saling menularkan energi. Jika yang satu lemah, yang lain akan mengisinya. Kebahagiaannya akan menular ke lebih banyak orang, di banyak tempat. Menjadi komunitas yang bermanfaat di bumi tempat kita memijak.

Namun, ada satu hal penting selain kebersamaan, jika kebahagiaan yang kita harapkan akan terus kita rasakan hingga ke akhirat, yaitu keikhlasan. Karena banyak komunitas sosial, yang hanya bergerak dalam rangka kemanusiaan, tanpa di sandarkan pada fondasi keikhlasan, sehingga amalnya hanya berdampak di dunia, tak kan di temui kelak di akhirat. Keikhlasanlah yang akan menjadikan amal kita, tak hanya membahagiakan diri, bermanfaat bagi penduduk bumi, tapi juga di banggakan penduduk langit. Keikhlasan yang tak ada alat untuk mendeteksinya, apakah murni amal kita bertujuan untuk pengabdian pada TuhanNya, atau hanya sekedar pemberian hampa makna. Keikhlasan pula yang akan melestarikan amal – amal kita, dalam memberi, baik mendapat balasan ataupun tidak, baik dalam kesendirian maupun dalam keramaian. Orang – orang yang ikhlas, akan tetap berjalan hingga mencapai kebahagiaan hakiki. Semoga kita di berikan kapasitas yang bertumbuh, energi yang berlimpah, kebersamaan yang kian luas dan erat, serta keikhlasan yang senantiasa murni. Amiin
Wassalamu’alaiakum wr wb

Bookmark and Share


0 komentar: